
Konflik Suriah yang dimulai pada 2011 telah menjadi salah satu krisis kemanusiaan terbesar di era modern. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memainkan peran penting dalam upaya resolusi konflik ini melalui berbagai resolusi, misi diplomatik, dan inisiatif kemanusiaan. Artikel ini menganalisis secara mendalam peran PBB dalam upaya penyelesaian konflik Suriah, efektivitas resolusi-resolusi utama, serta tantangan implementasinya di tengah kompleksitas geopolitik yang terus berkembang.
Markas besar PBB di New York, tempat resolusi-resolusi terkait konflik Suriah dibahas dan diadopsi.
Pelajari Lebih Lanjut Tentang Resolusi PBB
Dapatkan timeline lengkap resolusi-resolusi PBB terkait konflik Suriah sejak 2011 hingga saat ini dalam format PDF.
Peran PBB dalam Resolusi Konflik Suriah Sejak 2011
Sejak pecahnya konflik pada Maret 2011, PBB telah berupaya menjalankan fungsinya sebagai mediator dan fasilitator perdamaian di Suriah. Melalui Dewan Keamanan, Majelis Umum, dan berbagai badan khususnya, PBB telah mengadopsi beragam pendekatan untuk mengatasi krisis multidimensi ini.

Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, memimpin upaya mediasi antar pihak yang berkonflik.
Pada fase awal konflik (2011-2012), PBB mengirim misi pemantau untuk mengawasi implementasi rencana perdamaian enam poin yang diusulkan oleh Kofi Annan. Namun, eskalasi kekerasan memaksa misi ini dihentikan. Selanjutnya, PBB beralih ke pendekatan diplomatik yang lebih intensif melalui serangkaian konferensi perdamaian di Jenewa.
Menurut data PBB, konflik Suriah telah menewaskan lebih dari 500.000 orang dan memaksa lebih dari 13 juta warga mengungsi baik di dalam maupun luar negeri. Angka-angka ini menegaskan urgensi peran PBB dalam mencari solusi berkelanjutan untuk konflik ini.
“Rakyat Suriah sedang menghadapi sebuah momen bersejarah — dan sebuah kesempatan. Kesempatan itu tidak boleh dilewatkan,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Analisis Resolusi-Resolusi Utama Dewan Keamanan PBB Terkait Suriah
Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan beberapa resolusi penting terkait konflik Suriah. Resolusi-resolusi ini menjadi kerangka hukum dan diplomatik dalam upaya penyelesaian konflik.
Resolusi 2254 (2015): Peta Jalan Menuju Perdamaian

Dokumen Resolusi 2254 yang menjadi dasar proses politik di Suriah.
Resolusi 2254 disahkan dengan suara bulat oleh anggota Dewan Keamanan PBB pada tahun 2015 saat perang saudara Suriah semakin brutal. Resolusi ini menjadi landasan utama bagi proses politik di Suriah dengan beberapa poin kunci:
Resolusi ini menekankan bahwa “satu-satunya solusi berkelanjutan untuk krisis saat ini di Suriah adalah melalui proses politik yang inklusif dan dipimpin oleh warga Suriah yang memenuhi aspirasi sah rakyat Suriah.”
Resolusi 2118 (2013): Penghapusan Senjata Kimia
Resolusi 2118 berfokus pada penghapusan program senjata kimia Suriah setelah serangan kimia di Ghouta pada Agustus 2013. Resolusi ini mewajibkan Suriah untuk:
Resolusi 2449 (2018): Bantuan Kemanusiaan
Resolusi 2449 berfokus pada aspek kemanusiaan dengan mengotorisasi mekanisme bantuan lintas batas untuk memastikan bantuan kemanusiaan dapat mencapai wilayah-wilayah yang terkena dampak konflik. Resolusi ini kemudian diperbarui dengan pembatasan yang lebih ketat pada tahun-tahun berikutnya.
Analisis Mendalam Resolusi 2254
Pelajari lebih detail tentang implementasi dan implikasi Resolusi 2254 terhadap proses perdamaian Suriah.
Resolusi | Tahun | Fokus Utama | Status Implementasi |
2254 | 2015 | Proses politik dan transisi pemerintahan | Implementasi parsial, proses politik terhambat |
2118 | 2013 | Penghapusan senjata kimia | Sebagian besar senjata kimia dihancurkan, namun masih terjadi serangan |
2449 | 2018 | Bantuan kemanusiaan lintas batas | Diperpanjang dengan pembatasan, akses bantuan terbatas |
Implementasi dan Tantangan dalam Pelaksanaan Resolusi

Peta konflik Suriah menunjukkan kompleksitas situasi di lapangan yang menghambat implementasi resolusi PBB.
Meskipun PBB telah mengeluarkan berbagai resolusi untuk menyelesaikan konflik Suriah, implementasinya menghadapi tantangan signifikan. Beberapa faktor utama yang menghambat efektivitas resolusi-resolusi tersebut antara lain:
Polarisasi di Dewan Keamanan PBB
Penggunaan hak veto oleh anggota tetap Dewan Keamanan, terutama Rusia dan Tiongkok, telah berulang kali menghambat tindakan kolektif terhadap Suriah. Rusia, sebagai sekutu utama rezim Assad, telah menggunakan hak veto setidaknya 16 kali untuk resolusi terkait Suriah sejak 2011.
Kemajuan Implementasi
- Penghancuran sebagian besar persediaan senjata kimia
- Distribusi bantuan kemanusiaan ke beberapa wilayah konflik
- Pertemuan Komite Konstitusi Suriah
- Gencatan senjata di beberapa wilayah
Hambatan Implementasi
- Polarisasi di Dewan Keamanan PBB
- Keterlibatan aktor internasional dengan agenda berbeda
- Fragmentasi kelompok oposisi
- Ketidakpatuhan pihak-pihak yang berkonflik
- Keterbatasan akses ke wilayah konflik
Kompleksitas Aktor di Lapangan
Konflik Suriah melibatkan beragam aktor dengan kepentingan berbeda, termasuk pemerintah Suriah, kelompok oposisi yang terfragmentasi, kelompok teroris seperti ISIS, serta kekuatan regional dan internasional. Kompleksitas ini menyulitkan implementasi resolusi yang membutuhkan kerjasama semua pihak.

Bantuan kemanusiaan PBB untuk pengungsi Suriah, salah satu aspek implementasi resolusi yang relatif berhasil.
Menurut laporan Sekretaris Jenderal PBB, implementasi Resolusi 2254 terhambat oleh “ketidakpercayaan mendalam antar pihak” dan “ketidakmauan untuk berkompromi pada posisi-posisi kunci.” Situasi ini diperburuk oleh keterlibatan aktor eksternal yang mendukung pihak-pihak yang berbeda dalam konflik.
Lihat Dampak Resolusi PBB
Akses infografik interaktif yang menunjukkan dampak resolusi-resolusi PBB terhadap dinamika konflik Suriah.
Dampak Intervensi PBB Terhadap Dinamika Konflik
Intervensi PBB melalui berbagai resolusi dan inisiatif telah memberikan dampak terhadap dinamika konflik Suriah, meskipun tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa dampak penting dari intervensi PBB antara lain:

Pertemuan Komite Konstitusi Suriah yang difasilitasi oleh PBB di Jenewa.
Dampak Diplomatik dan Politik
Resolusi PBB, terutama Resolusi 2254, telah menjadi kerangka rujukan utama dalam proses diplomatik terkait Suriah. Resolusi ini telah memfasilitasi pembentukan Komite Konstitusi Suriah yang terdiri dari perwakilan pemerintah, oposisi, dan masyarakat sipil untuk menyusun konstitusi baru.
Namun, proses politik ini berjalan lambat dan belum menghasilkan terobosan signifikan. Komite Konstitusi telah mengadakan beberapa putaran pertemuan, tetapi kemajuan substantif masih terbatas karena perbedaan fundamental antar pihak.
Dampak Kemanusiaan
Intervensi PBB telah berkontribusi signifikan dalam aspek kemanusiaan. Menurut data OCHA (Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan), PBB telah menyalurkan bantuan kepada jutaan warga Suriah yang terdampak konflik. Pada tahun 2023, PBB dan mitranya telah:

Distribusi bantuan kemanusiaan PBB di wilayah konflik Suriah.
Studi Kasus: Operasi Pemusnahan Senjata Kimia Suriah 2013-2014
Salah satu contoh keberhasilan parsial dari resolusi PBB adalah operasi pemusnahan senjata kimia Suriah yang dilakukan berdasarkan Resolusi 2118. Setelah serangan senjata kimia di Ghouta pada Agustus 2013 yang menewaskan ratusan warga sipil, tekanan internasional memaksa rezim Assad untuk menyetujui penghancuran persediaan senjata kimianya.

Tim inspeksi gabungan OPCW-PBB memeriksa fasilitas senjata kimia di Suriah.
Operasi ini melibatkan kerjasama antara PBB dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dalam misi bersama yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beberapa aspek penting dari operasi ini:
Meskipun operasi ini berhasil menghancurkan sebagian besar persediaan senjata kimia yang dideklarasikan, laporan serangan kimia masih terjadi di tahun-tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan tantangan dalam memastikan kepatuhan penuh terhadap resolusi di tengah konflik yang kompleks.
“Misi bersama OPCW-PBB di Suriah menunjukkan bahwa bahkan di tengah konflik paling brutal, komunitas internasional dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan kemanusiaan yang penting.”
Perspektif Aktor Internasional Terhadap Resolusi PBB
Berbagai aktor internasional memiliki pandangan dan pendekatan berbeda terhadap resolusi-resolusi PBB terkait Suriah, mencerminkan kepentingan geopolitik mereka di kawasan.

Pertemuan diplomatik antara perwakilan Rusia, AS, dan Turki membahas konflik Suriah.
Rusia: Pendukung Utama Rezim Assad
Rusia telah konsisten mendukung pemerintahan Bashar al-Assad dan menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan untuk melindungi sekutunya. Meskipun mendukung Resolusi 2254, Rusia menafsirkannya dengan cara yang mempertahankan legitimasi rezim Assad. Rusia menekankan:
Amerika Serikat: Pendukung Oposisi dan Transisi Politik
AS telah mendukung kelompok oposisi dan menekankan perlunya transisi politik yang menjauhkan Assad dari kekuasaan. AS menafsirkan Resolusi 2254 sebagai mandat untuk:
Turki: Fokus pada Keamanan Perbatasan dan Pengungsi
Turki, yang berbatasan langsung dengan Suriah dan menampung jutaan pengungsi Suriah, memiliki kepentingan langsung dalam resolusi konflik. Turki menekankan:
Pandangan Pakar Hubungan Internasional
Baca analisis mendalam dari pakar hubungan internasional tentang peran berbagai aktor dalam konflik Suriah.
Evaluasi Efektivitas Mekanisme Resolusi Konflik PBB
Pengalaman PBB dalam menangani konflik Suriah memberikan pelajaran penting tentang efektivitas mekanisme resolusi konflik PBB kontemporer. Beberapa kesimpulan utama dapat ditarik:

Sesi Dewan Keamanan PBB membahas situasi di Suriah.
Keterbatasan Struktural
Sistem hak veto di Dewan Keamanan PBB telah terbukti menjadi hambatan signifikan dalam menangani konflik kompleks seperti di Suriah. Ketika anggota tetap memiliki kepentingan geopolitik yang bertentangan, PBB sering kali tidak dapat mengambil tindakan tegas dan tepat waktu.
Kesenjangan Implementasi
Meskipun PBB berhasil mengadopsi resolusi-resolusi penting, implementasinya di lapangan sering kali terhambat oleh ketidakpatuhan pihak-pihak yang berkonflik dan keterbatasan mekanisme penegakan. PBB tidak memiliki “gigi” yang cukup untuk memastikan kepatuhan terhadap resolusinya.
Keberhasilan Parsial
Meskipun menghadapi banyak tantangan, PBB telah mencapai beberapa keberhasilan parsial dalam menangani konflik Suriah, terutama dalam aspek kemanusiaan dan upaya penghapusan senjata kimia. Ini menunjukkan bahwa PBB masih memiliki peran penting dalam manajemen konflik internasional.

Bantuan kemanusiaan PBB tetap menjadi salah satu aspek paling efektif dari intervensi PBB di Suriah.
Kesimpulan: Pelajaran untuk Diplomasi Konflik Masa Depan
Konflik Suriah dan upaya resolusi PBB memberikan pelajaran berharga untuk diplomasi konflik di masa depan. Beberapa pelajaran utama yang dapat diambil:
Resolusi 2254 tetap menjadi kerangka paling komprehensif untuk penyelesaian konflik Suriah, meskipun implementasinya menghadapi tantangan besar. Seperti yang dinyatakan oleh banyak diplomat, “lebih mudah bagi anggota Dewan Keamanan PBB untuk berpegang pada prinsip-prinsip dasar 2254, daripada membuat rencana yang sama sekali baru untuk peran PBB di Suriah.”
Ke depan, efektivitas PBB dalam menangani konflik kompleks seperti di Suriah akan bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan realitas geopolitik yang berubah, memperkuat mekanisme implementasi resolusinya, dan membangun konsensus di antara aktor-aktor kunci. Hanya dengan pendekatan yang lebih inovatif dan inklusif, PBB dapat memenuhi mandatnya untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
Tetap Terinformasi Tentang Perkembangan Terbaru
Dapatkan update berkala tentang perkembangan konflik Suriah dan upaya resolusi PBB langsung ke email Anda.